-->

Begini Caranya Agar Kita Tidak Impor Singkong Lagi

Begini Caranya Agar Kita Tidak Impor Singkong Lagi -
Wakil Commerce Krisnamurthi menegaskan penyebab negara-negara kaya untuk mengimpor singkong selama tidak ada industri pengolahan. Pada saat ini, tepung singkong, produk olahan singkong kebutuhan industri lainnya, hanya tersedia untuk UKM.
Bayu mengatakan bahwa Indonesia bukanlah kurangnya teknologi untuk menghasilkan tepung singkong. Masalahnya terletak pada kurangnya minat dari pemerintah dan pengusaha untuk membangun industri skala besar untuk memproses singkong.
"Singkong yang kita punya, yang industri Engg ada. (Masalahnya) bukan teknologi, tapi saya pikir investasi untuk industri pengolahan singkong," katanya setelah mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, di Senayan, Rabu ( 12/12).
The Bayu mengevaluasi industri pengolahan besar singkong mendesak keberadaan. Selain itu, permintaan untuk tepung singkong melonjak tajam tahun ini. Tahun lalu, tentu saja UKM Indonesia mampu mengimpor 85.000 ton tepung singkong.
Namun, hingga September tahun ini, ekspor produk olahan yang dapat digunakan kayu lapis, kertas, makanan dan minuman hanya 5.000 ton. Bayu mengatakan penurunan ekspor disebabkan tepung singkong lokal diserap untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan saat itu masih belum cukup, itu dipindahkan.
"Mengapa peningkatan permintaan tepung singkong, tentu tidak ada hubungannya dengan peningkatan permintaan untuk makanan dan minuman, kertas, dan kayu lapis di dalam negeri," katanya.
Sebelum fakta mengejutkan diamati dari data yang dilaporkan dari Badan Pusat Statistik (BPS). negara itu bergerak singkong dengan nilai Rp 32 miliar dalam 10 bulan terakhir.
Hanya Pertanian mencatat bahwa produksi tanaman identik jelata makanan itu mencapai 19.920.000 ton tahun lalu. Sehingga Indonesia dikategorikan sebagai negara-negara kaya untuk mengimpor singkong sebagai gantinya.
impor singkong hingga September tahun ini sebesar 594.000 ton Beli Data. Dari mereka, 98,6 persen adalah produksi tepung singkong Vietnam dan Thailand.
Sumber: www.merdeka.com
Pesan Sponsor

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel