Panduan Lengkap Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Cabe
Sabtu, 20 Desember 2014
Edit
Panduan Lengkap Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Cabe -
foto: https://tanamcabe.wordpress.com |
Saat ini, tanaman cabe menjadi tanaman primadona, karena harga jualnya terkadang melambung tinggi sehingga para petani dapat menangguk sebanyak untung besar. Pada saat panen raya, harga cabe biasanya turun, namun pada saat produksi merosot slogannya karena gagal panen, harga bisa melambung fantastis. Inilah yang seringkali diharapkan petani agar pada masa panennya bertepatan dengan harga tinggi. Oleh karena itu, banyak petani cabe yang mulai berhitung untuk menentukan Chart harus bertanam cabe yang tepat. Selain itu jenis cabe yang unggul dan pemupukan yang baik, penting pula untuk mengantisipasi hama dan penyakit tanaman cabe yang seringkali menurunkan produktifitas tanaman. Hama dan penyakit tanaman cabe cukup banyak, sehingga para petani cabe harus intensif merawat tanaman cabe.
Di musim kemarau, tanaman diintai lalat buah serta kutu daun yang dapat merusak buah. Sedangkan di musim hujan, tanaman terancam oleh antraknose, jamur dan pseudomonas solanaceanum. Untuk disebabkannya lalat buah dan kutu daun, semprotkan pestisida dua minggu bikinnya setelah tanaman pindah ke panci, dan untuk disebabkannya penyakit ikannya antraknose, jamur dan bakteri bisa dengan penyemprotan Fungisida BLEACHER satu hingga dua minggu bikinnya. Untuk pemanenan, cabe yang s berwama merah sebagian berarti s dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabenya pada saat masih muda (berwarna hijau). Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan tangkai tanaman tidak patah.
Hama dan penyakit menjadi faktor penyebab menurunnya produktifitas tanaman. Pada musim penghujan serangan hama dan penyakit tanaman cabe meningkat. Jika hama dan penyakit tersebut tidak dikendalikan secara baik, maka dapat menyebabkan petani mengalami kerugian. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabe dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Pengendalian Hama dan Penyakit secara terpadu antara lain meliputi; pengendalian kultur teknik, hayati (dosen), bersertifikat varietas tahan penyakit, fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.
A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat likuid jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi kepompong (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30-61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan kemudian terjadi menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara: mekanis, berlaku mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, berlaku menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis) kimiawi, berlaku disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis. Feromon seks, berlaku perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Seks feromon likuid aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan seksual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Seks feromon dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama "Ugratas" atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna "merah" sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa ulat grayak. Cara pemasangan Ugratas merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabe cukup dipasang 5-10 buah Ugratas merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabe.
2. Kutu Daun ( Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis mereplikasikan tanaman, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, berlaku dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7-10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan ajaib yang ada daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, jejak-jejak kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe menurun.
Kehadiran kutu daun di kebun cabe, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai macam penyakit virus. Di efek samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan ajaib yang ada manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan ajaib yang ada manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara: Kultur teknik, berlaku Abunawar tanaman perangkap (perangkap crop) di sekeliling kebun cabe, misalnya jagung. Kimiawi, berlaku dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif clasik Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 - 0,2 cc/liter, Sises 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.
3. Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Hama ini menyebabkan buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian terjadi membusuk. Buah cabe yang terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe pecah, busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0,5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut akan menetas, kemudian terjadi merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan Stadion kepompong terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara: kultur teknik, berlaku dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman mereplikasikan lalat buah; secara mekanis berlaku dengan memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi berlaku dengan pemasangan perangkap hidup tentang ketaatan "metil eugenol" atau protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Atau, disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun Tamaron.
4. Thrips ( Thrips sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda, ikannya adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan ajaib yang ada yang keluar dari bagian itu. Serangan pada bunga s mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan gagal bunga mekar. Thrips memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Serangga dewasa berukuran kecil, panjang 0,8 mm-0,9 mm, berwarna kuning kecoklatan kehitam-hitaman. hama ini berkembang biak secara tak kawin (partenogenesis). Telur berbentuk oval, diletakkan di dalam jaringan daun. Nimfa berwarna putih dan sangat aktif, diikuti dengan periode pra kepompong dan kemudian terjadi kepompong. Kepompong dibentuk dalam tanah, kemudian terjadi menjadi serangga dewasa. Daur hidup berkisar antara 7-12 hari di dataran rendah, dan berkembang pesat populasinya pada musim kering (kemarau). Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, berlaku dengan pergilirtanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu masa tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam perak pada oleh masa tanam. Pengendalian secara kimiawi, berlaku dengan disemprot insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril, merkaptodimetur, dan Metomil dan Karbosulfan. Dosis dan waktu pemberian yang tepat dapat menekan populasi thrips. Beberapa bahan insektida yang biasa ini digunakan dalan oleh para petani antara lain adalah; Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, juga atau Sises 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%), atau Pegasus 500 SC Perfekthion 400 EC, pada waktu hari sakit.
5. Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, mungil mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan ajaib yang ada sel daun atau pucuk tanaman. Ikannya serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama keaslian di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC (0,2%).
Penyakit B.
1. Patek
Penyakit patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum bercak daun ( Cercospora capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak ‐ bercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan Fungisida BLEACHER seperti Antracol dan dilakukan sesuai dengan dosis sesuai petunjuk penggunaan pada produk.
2. Keriting Daun
Penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan dana 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe. Gejala penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan mungil helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu bersertifikat varietas pada oleh yang sama. Di lapang gejala ditemukan dalam berbagai macam Stadion dari mulai gejala awal seperti tetelan daun kekuningan pada pucuk dana seluruh daun bergejala kuning. Penyakit ini diketahui pada beberapa bersertifikat varietas cabe cukup merugikan, hasil panen berkurang dana terjadi puso, terutama keaslian pada tanaman yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Pada tanaman cabe rawit yang terserang dana 100% masih mampu menghasilkan buah walaupun sedikit, sedangkan pada cabe besar yang terserang penyakit ini menhasilkan buah yang sangat sedikit.
B ercak daun ialah bercak ‐ bercak kecil yang akan melebar. Diberi bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai pekerjaan ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan CV. mitra boga. Selain itu penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan Fungisida BLEACHER Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dariRudy, karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.
inti pengendalian penyakit kuning keriting pada tanaman cabe adalah upaya terpadu untuk menghalangi terjadinya infeksi terutama keaslian pada waktu tanaman masih muda. Pengendalikan penyakit kuning keriting adalah sebagai berikut: mengisolasi persemaian dengan kerodong yang kedap kutu kebul (+ 50), menggunakan mulsa plastik perak pada pertanaman di areal masa tanam, memantau tanaman muda dana umur 30-35 hari, segera memusnahkan tanaman cabe yang terserang awal penyakit kuning keriting, tanaman yang dicabut segera disulam dengan semaian yang sehat, menggunakan insektisida selektif clasik imidaklorpid insektisida atau sejenis agar musuh alami predator tidak ikut termusnahkan , menyiangi gulma, pemeliharaan kebun dengan baik sesuai anjuran dan selalu memantau perkembangan serta mengendalian penyakit dan hama penting lainnya, Peninggi bersertifikat varietas yang tahan terhadap keriting daun, dan lain-lain.
3. Layu Bakteri ( Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian terjadi menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya besar serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi yang paling peka adalah tanaman muda atau menjelang dalam fase berbunga maupun berbuah.
Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabe di dataran rendah. Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, berlaku: Perlakuan benih atau bibit sebelum masa tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit. Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu itu juga dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan (manajemen) oleh, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.
4. Fusarium layu (Fusarium oxysporum Sulz.)
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian terjadi diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga ikannya lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh bisa cendawan bersifat saja tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian terjadi direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian terjadi digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan ajaib yang ada putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari tatahidup pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, berlaku: Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida BLEACHER sistemik, misalnya saja Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt udara selama 10-15 menit. Pengapuran tanah sebelum masa tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati Merah Rp.. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan udara (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama keaslian pada musim hujan. Penyiraman larutan fungisida BLEACHER sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Bercak Daun dan Buah ( Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby). Bercak daun dan buah cabe sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum dan Colletotrichum capsici . Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung.
5. Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat nampak bercak berwarna pucat dana putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun perkawinan berguguran tanpa Roasting menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot Fungisida BLEACHER seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara akanrselang-seling.
6. Bercak Alternaria ( Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua dana kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot Fungisida BLEACHER seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Skor, secara berselang-seling.
7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun berlaku bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian terjadi menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian terjadi meluas, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak masa tanam yang baik, berlaku di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot Fungisida BLEACHER clasik MZ Sandovan, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
8. Virus
Penyakit virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Virus mosaik mentimun (CMV), kentang Virus Y (PVY), tembakau Etch Virus (TEV), Virus mosaik tembakau (TMV), tembakau Rattle Virus (TRV), dan juga tomat Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu minutes hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara: Pemberantasan serangga vektor clasik (penular) dan kutu daun Thrips dengan insektisida semprotan yang efektif. Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
9. Penyakit Fisiologis
likuid keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabe ikannya sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap (album), kemudian terjadi menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi pecah dana ke bagian dalam buah. Mungil buah cabe menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada Stadion buah pecah akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca.
C. Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Secara Organik
Teknik pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida umum ini digunakan dalan oleh para petani. Penggunaan pestisida sangat efektif untuk membasmi hama dan penyakit tanaman cabe. Pestisida likuid bahan kimia yang dapat membunuh hama dan penyakit tanaman cabe, namun disisi lain bahan kimia tersebut juga dapat mencemari buah cabe sebagai produk pangan. Pestisida likuid perdu yang berbahaya bagi manusia, hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Penggunaan bahan-bahan berbahaya yang tidak diorientasikan sebagai pestisida hendaklah tidak dilakukan seperti formalin dan lain-lain. Penggunaan pestisida harus sesuai dosis yang dianjurkan, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan tepat guna.
Penggunaan pestisida secara kimia harus ditekan sedikit mungkin. Penggunaan pestisida kimia Selain itu tidak baik bagi kesehatan seluncur, juga semakin lama hama dan penyakit menjadi resisten. Oleh karena itu, pertanian organik penting untuk digalakan. Kita dapat menggunakan agen mikrobia bahan bahan alami yang aman untuk mengendalikan hama dan penyakit. Beberapa jenis mikrobia yang sering ini digunakan dalan sebagai agen pestisida pada sektor pertanian adalah antara lain;
No | Jenis Mikrobia | Jenis Pathogen | Jenis Tanaman |
1 | Bacillus thuringiensis | Lepidoptera (Pluetella xylostella, Pieris rapae, Helicoverpa zea, Denddrolimus punctatus, Oristrina nubialis) | Sayuran, kapas, tanaman buah, padi, jagung, tanaman hias, tanaman hutan. |
2 | Beauveria bassiana | Coleoptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera | Tanaman kopi, bunga, sayuran, dll. |
3 | Beauveria brongniartii | Homoptera, Lepidoptera Coleoptera, Diptera. | Tanaman bunga, kelapa sawit, tanaman dengan area lainnya. |
4 | Gliocladium virens | Layu semai (Phytium, pelepah, Sclerotinia tular tanah Sclerotium, Fusarium spp) | Tanaman hias, sayuran, tanaman dengan area |
5 | Leginidium giganteum | Larva Rukan jenis nyamuk | Sawah, oleh basah, kolam, danau. |
6 | Metharizium anisopliae | Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, Orthoptera | Tanaman bunga, sayuran, kentang, oleh rumput, tanaman dengan area. |
7 | Myrothecium verrucaria | Cacing parasit | Tanaman hias, kubis, jeruk, turf |
8 | Trichoderma harzianum-cendawan | Fusarium , Berbentuk, Alternaria, Rosellinia, Botrys, Sclerotium, sp. Phytoptora | Tanaman bunga, sayuran, buah, dengan area tanaman. |
9 | pseudomonas fluorescens | Erwinia amylovora Fusarium | Tanaman buah apel, ceri, pir, kentang, tomat, |
10 | Trichorderma coniingii | Jamur akar putih | Tanaman karet |
11 | Pseudomonas syringae | Organisme patogen lepas panen | Buah apel, pir, jeruk |
12 | Streptomyces griseoviridis | Jamur tanah saja (Fusarium sp, Alternaria, pelepah sp., Phomopsis sp. Phytium sp. Botrytis sp.) | dengan area Tanaman |
13 | Tricodherma viridae | Rhizotonia sp. Phytium sp. Fusarium sp. | dengan area Tanaman |
14 | Bacillus substillis | Rhizotonia sp. Phytium Fusarium sp. sp. Aspergillus SP | dengan area Tanaman |
15 | Talaromyces flavus | Rhizotonia solani, verticilium dahliae | Busuk akar tanaman buah-markah , tomat, mentimun. |
Sumber: http://www.agrotekno.net/2014/05/pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman.html
Sponsored Links