6 Prosesi Unik Tujuh Bulanan atau Mitoni, Ibu Hamil Orang Jawa Mana Suaranya?
Adat Jawa memiliki banyak tradisi unik yang masih bertahan hingga sekarang, salah satu yang Mito atau tujuh event bulanan. Namun demikian, praktek ini sering ditinggalkan, terutama oleh orang-orang muda di Jawa saat ini. Karena hari ini Hipwee Pernikahan ingin mengingatkan Anda semua ingin menjadi upacara tradisional yang indah ini.
Acara tujuh bulanan diartikan sebagai permintaan untuk keamanan dan membantu untuk Yang Maha Kuasa
Mito, tingkeban, atau bulanan Seven prosesi tradisional Jawa yang ditujukan untuk wanita yang telah memasuki masa tujuh bulan kehamilan. Mito sendiri berasal dari kata pitu yang artinya angka tujuh. Meski begitu, Pitu juga dapat diartikan bantuan pitulungan, karena acara ini adalah doa untuk bantuan itu ibu hamil. Selain meminta doa untuk cuti hamil penuh, acara Mito juga termasuk doa yang suatu hari nanti anak yang baik dan berbakti.
Acara dimulai dengan semprotan prosesi pergi dengan tujuh kerabat dekat dengan tujuan berdoa untuk keselamatan anak
Acara semprot membuat prosesi pemurnian ibu dan anak. Seperti nama prosesi, air yang digunakan diambil dari tujuh partai. Yang semprot juga memiliki tujuh ayah dan ibu teladan baik, dengan kakek-nenek anak yang dipilih. Sirami biasanya dilakukan di pengaturan bernama krobongan atau bisa juga di kamar mandi.
Mito diikuti oleh anak prosesi brojolan lahir ke dunia dengan selamat
acara dilanjutkan dengan percikan brojolan biasanya dipimpin oleh nenek anak yang belum lahir. Semprot selesai, ibu dari kain hanya Jarik disertai dengan seutas tali yang disebut letrek. Calon kemudian akan masuk Tropong nenek atau telur di atas Jarik sampai bawah jatuh. Setelah itu, brojolan dua potong kelapa gading juga dibrojolkan dari Jarik. Nenek wajib menerima atau menangkap telapak gading bawah Jarik kemudian menyerahkannya padanya. Akhirnya, calon ayah memotong tali letrek dengan belati sebagai tanda manusia untuk memotong isa tebu.
Angrogna Eman, sebuah acara yang melambangkan cinta ibu dan ayah untuk calon anak
Setelah menyelesaikan brojolan prosesi, acara dilanjutkan dengan tujuh isolasionisme emanasi bulanan. acara dimulai dengan seorang ibu yang dipimpin ke ruangan lain untuk berpakaian dengan tujuh spesies bahan Jarik. Hanya substansi ketujuh digunakan selama enam Jarik digunakan sebelumnya akan digunakan sebagai bantal atau alat Angren. Prosesi ini juga biasanya disertai oleh ibunya, diberi makan oleh kerucut dengan nasi dan bubur merah dan putih. Hal ini menunjukkan bahwa ibu akan selalu menjaga anak dan ayah yang akan selalu mendukung keluarganya.
Prosesi pecah kelapa, mengharapkan jenis kelamin bayi nanti
setelah emanasi prosesi isolasionisme, acara akan dilanjutkan dengan prosesi pecah kelapa gading diberikan oleh nenek dari ayah. kelapa Gading biasanya dicat dengan tokoh wayang Kama Jaya dan Kamaratih terkenal karena ketampanan dan kecantikan, ayah kemudian pilih salah satu minyak yang akan rusak. Jika ia memilih Kama Jaya, diharapkan bayi laki-laki, dan perempuan Kamaratih.
Acara ditutup dengan prosesi Dodol salad atau menjual salad untuk lulusan anak-anak masa depan finansial
Akhirnya, ibu akan membuat salad yang kemudian dijual kepada pengunjung. Para tamu juga akan membelinya dengan kereweng atau uang palsu dari tanah liat. Prosesi ini juga berharap bahwa anak bisa mendapatkan banyak keberuntungan untuknya dan juga untuk orang tua mereka.
Pada acara MITO atau tujuh bulan sebelum matahari terbenam, mudah-mudahan anak hadir di dunia dengan keamanan penuh, keberuntungan, dan bantuan dari Yang Maha Kuasa. Nah, Anda adalah anak Java dapat mempertimbangkan melestarikan budaya adat yang satu ini ya, sehingga generasi masa depan generasi yang menghargai budaya.
Bagaimana menerima?
Sumber Informasi : http://www.hipwee.com/wedding/tentang-acara-mitoni-atau-tujuh-bulanan-budaya-jawa-yang-kian-terlupakan/