-->

Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati

Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati -

Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati


bbppl-bioremediasibbppl-bioremediasi




Baca Juga






Seperti udara dan udara, tanah likuid komponen penting dalam menampilkan kita.  Tanah berperan penting dalam pertumbuhan hidup, memelihara rawa, dan memelihara siklus udara. Kasus pencemaran tanah terutama keaslian disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat (ilegal dumping) ; kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial ; atau kecelakaan kendaraan yang membawa minyak, bahan kimia atau limbah yang kemudian terjadi jatuh ke permukaan tanah dan berasal dari pestisida dan herbisida: sebagai, Ba, Cd, Cr, Pb, Hg, Ni, Se, Cu dan Zn.


bbppl-bioremediasi2

apabila pada suatu zat berbahaya/hidup tentang ketaatan mencemari permukaan tanah , maka ia dapat menguap, tersapu hujan atau udara ke dalam tanah.  Polusi memasuki tanah akan terendap sebagai zat kimia hidup tentang ketaatan di tanah. Zat perdu dalam tanah dapat berdampak langsung kepada masyarakat atau dapat mencemari udara tanah dan udara di atas.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut tlah banyak dilakukan dengan menggunakan teknik ataupun metoda konvensional dalam disebabkannya pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill), menginjeksikan kembali Lumpur keformas minyak ( bubur fraktur injection) dan memadatkan limbah (solidification).  Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari segi biaya (biaya efektif technology) waktu (waktu consuming) dan juga keamanan (risk).  Guna mencegah dampak lebih parah, Interest tercemar tersebut dapat dilakukan kegiatan pemulihan kondisinya yang sering dikenal dengan istilah remediasi.  Sebelum melakukan remediasi, hal yang diperhatikan tagline:
1. Jenis polutan (organik atau anorganik), terdegradasi tidak, berbahaya atau tidak
2. Berapa banyak zat polutan yang mencemari tanah
3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P)
4. Jenis tanah
5. Kondisi tanah (basah atau kering)
6. Berapa lama tlah terendapkan polutan zat di Interest
7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan bisa ditunda).
Ada 2 jenis remediasi tanah berlaku di-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan adalah fasilitas pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, ventilasi (injection), dan bioremediasi. Kita tak tagline repot menggali tanah dan memindahkannya ke lokasi khusus. Di Amerika Serikat (AS), teknik ini banyak diadopsi sebab biaya penggalian dan pemindahan tanah tergolong mahal (Anonimous, 2006).
Sementara pada remediasi ex-situ, tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol.  Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Remediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol. Dibanding di-situ, ia mampu meremediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam. Pembersihan off-site yang jauh lebih mahal dan rumit.
Salah satu teknik remediasi yang sekarang sering ini digunakan dalan adalah bioremediasi, cara ini banyak ini digunakan dalan memulihkan tanah yang tercemar senyawa hidrokarbon.  Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah polutan organik/anorganik secara dosen dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel .
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat polutan menjadi kurang hidup tentang ketaatan atau tidak hidup tentang ketaatan (karbondioksida dan air). Ada 4 teknik dasar yang biasa ini digunakan dalan dalam bioremediasi, berlaku:
  1. Merangsang aktivitas mikroorganisme asli (di Interest kejangkitan) dengan penambahan nutrisi, kondisi redoks, optimasi dari pH, dsb.
  2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme dari kejangkitan di lokasi, berlaku mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
  3. Penerapan bergerak enzim.
  4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghapus atau mengubah polutan.
Bioremediasi proses harus mempertimbangkan suhu tanah, ketersediaan air, nutrisi (N, P, K), rasio C: N kurang dari 30: 1, dan ketersediaan oksigen.
Mikroorganisme dalam Bioremediasi
bbppl-bioremediasi3 bbppl-bioremediasi3 S ejak tahun 1900 - orang-orang s menggunakan mikroorganisme untuk mengolah udara pada atau udara. Saat ini, bioremediasi tlah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroluem hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini tlah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremedisi melalui teknologi genetika. Teknologi genetika molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan hidup tentang ketaatan menjadi tidak berbahaya. Salah satu bakteri yang ini digunakan dalan dalam bioremediasi, metallireducens urutan Geobacter yang tidak hanya dapat menghancurkan kontaminasi dari minyak bumi seperti benzena, tetapi juga dapat memakan logam-logam radioaktif pada air tanah yang terkontaminasi uranium .
ketegangan atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.  Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi.  Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang tlah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena ketegangan rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Ketegangan inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung minutes di lingkungan.
bbppl-bioremediasi1 bbppl-bioremediasi1 Jamur merang atau jamur Shiitakes – adalah jenis jamur yang umum kita kenal sebagai jamur yang dapat dimakan ( dapat dimakan mushroom). Jamur tersebut dan jamur lainnya tlah dikembangkan untuk ini digunakan dalan dalam pemulihan lingkungan tercemar. Teknik ini disebut mikoremediasi (mycoremediation) dengan menggunakan miselium jamur dari bagian vegetatif, untuk menguraikan polutan.
spesies Jamur pelapuk putih dari Marasmius sp tlah dikembangkan untuk menjadi mikroba pengurai polutan, terutama keaslian hidrokarbon minyak bumi. Jamur pelapuk putih ini secara khusus mempuNyai kemampuan yang tinggi dalam menguraikan polutan dengan struktur baja senyawa aromatik, seperti senyawa-senyawa terklorinasi. Penggunaan jamur ini terus disempurnakan, Selain itu itu juga secara paralel dilakukan eksplorasi jenis jamur lainnya, termasuk mekanisme enzimatik jamur untuk menghasilkan proses penguraian yang lebih efektif. Penggunaan jamur dalam proses bioremediasi mempunyai beberapa keunggulan karena jamur mempunyai kemampuan minutes lebih tinggi di dalam lingkungan yang toksik. Enzim pengurai polutan disekresikan oleh miselium jamur yang dapat menguraikan polutan dengan konsentrasi dan berat molekul yang tinggi. Miselium jamur dapat menembus tanah dengan porositas rendah misal tanah liat, sehingga polutan yang terjebak di dalamnya dapat terurai. Hal ini dilakukan secara lambat oleh bakteri yang tumbuh dengan mekanisme duplikasi. Tanah yang dihasilkan setelah proses bioremediasi selesai menjadi tanah yang bersih, bertekstur clasik kompos atau sedimen. Produk akhir ini dapat ini digunakan dalan sebagai tanah pencampur untuk proses bioremediasi tahap selanjutnya, atau lansekap, tanah pengisi, dll.
Penggunaan jamur ini aman, ekonomis, dan operasional dan pemeliharaannya mudah. Tidak ada konstruksi khusus untuk melakukan proses mikoremediasi ini. Teknik bioremediasi yang tlah banyak dilakukan akan dengan mudah menggunakan inokulan jamur ini sebagai mikroorganisme pengurainya.
Sumber: http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/962-bioremediasi-dengan-perlakuan-hayati



Sponsored Links

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel